Nostalgia Pulau Miangas


Pulau Miangas, salah satu pulau kecil terluar di Ujung Utara Negeri (Property of Saldi N. Ali)

Jika beberapa artikel terakhir ini berupa opini, mungkin edisi artikel kali ini sedikit berbicara atau lebih tepatnya bernostalgia mengenai Pulau Miangas, Sulawesi Utara. Pulau kecil yang juga dijuluki Pulau Palmas ini memiliki luas 3,15 km2, meski termasuk pulau yang kecil namun kisah dan memori di dalamnya melebihi dari itu.

Awalnya pulau ini bukanlah pulau yang begitu populer, namun seiring dengan kesadaran pemerintah mengenai pentingnya memandang laut dan mempertahankan kedaulatan negara dengan memperkuat basis perbatasan. Kini Pulau Miangas menjadi salah satu pulau terluar yang diperhitungkan, bayangkan saja untuk sampai ke Manado (ibu kota provinsi Sulawesi Utara) butuh waktu 4-5 hari menggunakan kapal perintis, sedangkan untuk ke Filipina hanya butuh beberapa jam menggunakan pam boat.

Allah memperkenalkan pulau ini kedalam kehidupanku tahun 2014, saat kurikulum universitas mengharuskan saya memprogram Kuiah Kerja Nyata (KKN). Pulau Miangas, aaah masih terasa pasir putihnya, manisnya air kelapa yang langsung diambil dari pohonnya, nikmatnya ikan bakar buatan mama dan senyum ramah para mama dan papa disana. Pulau Miangas rumah kedua yang tidak akan pernah kulupakan bahkan hingga rambut telah memutih.

Sambutan Pulau Miangas

Pulau Miangas salah satu pulau terdepan dan terluar Indonesia yang terletak di Laut Sulawesi dan berbatasan langsung dengan Filipina dan Samudera Pasifik sedangkan secara administratif termasuk dalam kecamatan Khusus Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Sesampainya di Miangas kalian akan disambut Patung Santiago di bagian muka pulau dan Tugu Pancasila di sisi kiri pulau. Kebayangkan kan kerennya bisa menginjakkan kaki dan mengukuhkan sejarah diri pernah berada di salah satu pulau terluar negara tercinta.
Letak Pulau Miangas
Patung Santiago (Pahlawan Pulau Miangas, Property Saldi N. Ali)


Tugu NKRI Pulau Miangas (Diambil dari berbagai Sumber)
Transportasi ke Pulau Miangas

Meski sudah memiliki bandar udara namun untuk sekarang Pulau Maingas hanya bisa dijangkau menggunakan transportasi laut, yaitu menggunakan kapal PELNI sampai pelabuhan Bitung dan dilanjutkan dengan kapal Perintis ke Pulau Miangas. Biaya perjalanan akan sangat bervariasi tergantung dari daerah mana kalian (dari Bitung ke Miangas menggunakan KM. Berkat Taloda sebesar Rp. 65.000). Rute kapal ke Pulau Miangas juga tidak setiap hari sehingga jadwal kapal harus diperhatikan, kapal kesana hanya 2 kali sebulan dengan rute yang berbeda pada setiap kapal. Perlu kalian tahu bahwa kapal perintis yang melayani rute Pulau Miangas adalah KM. Berkat Taloda (Bitung-Tahuna-Kakurutan-Miangas), KM. Meliku Nusa (Bitung-Tahuna-Melonguane-Miangas) dan KM. Sabuk Nusantara.





Kapal laut yang melayani Rute ke Bitung-Miangas
Rata-rata lama perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke Miangas adalah 4-5 hari tergantung cuaca. Selama di perjalanan kalian akan singgah di berbagai pulau-pulau kecil di Sulwaesi Utara seperti Pulau Siauw, Pulau Tahuna, Pulau Lirung, Melong dan pulau keren lainnya.

Kenangan Manis

Jujur dalam tulisan ini jika kalian ingin saya mengupas berapa luas terumbu karangnya, seberapa jernih airnya dan bagaimana maha dahsyatnya pemandangan pulau Miangas, maka siap-siaplah kecewa. Waktu itu saya terlalu sok sibuk dengan program KKN sehingga lupa bahwa kesempatan sekali seumur hidup ini seharusnya tidak ku sia-siakan. Jadilah folder foto KKN saya isinya hanya sebagian foto perjalanan dan foto program kerja. Aaaaah jadi ingin balik kesana.

Satu per satu mereka yang menjadi tokoh kenangan manis itu bermunculan di benak. Orang pertama yang muncul adalah sepasang orang tua angkat, Papa Irwan dan Mama Rani. Masih kuingat senyum mereka waktu menyambut saya dan tirah di rumah mungil itu, waktu itu Mama Rani sedang sibuk memasak karena sorenya akan ada ibadah di rumah mereka. Yah, mayoritas penduduk Pulau Miangas adalah orang kristen namun mereka sama sekali tidak keberatan jika kami (orang islam) tinggal di rumahnya, bahkan dengan hati-hati memberitahu kami jika mereka akan memasak makanan yang tidak di komsumsi oleh kami nantinya.

Masakan Ikan Rica ala mama Rani sangat nikmat, ikan tongkol bakar dan disiram saus rica mmmmm tiada tanding. Sayang saya tidak bisa menikmati masakan Mama Rani 3x sehari karena kala kami berKKN adalah bulan puasa, jadi hanya waktu buka dan makan malam saja saya bisa merasakan nikmatnya makanan mama. Meski tidak ikut puasa namun mama, papa, opa dan Bio (anak semata wayang papa dan mama) akan menunggu saya dan Tira untuk sama-sama makan es kelapa. Dari es kelapanya itu saya sadar bahwa Mama Rani sangat suka minuman sangat manis, saya terkadang khawatir jika mama terlalu berlebihan mengkonsumsi gula atau makanan manis-manis.

Papa Irwan dan Mama Rani adalah potret pasang suami istri yang sangat harmonis, mereka saling berbagi tugas dalam pekerjaan rumah tangga. Jika waktu mencuci tiba, Papa Irwan akan ke Liang (sumber air tawar) untuk mencuci baju. Masih teringat oleh ku saat Papa Irwan mencucikan baju kotorku, kala itu antara malu namun senang juga karena dicucikan heheheh...

Ada juga sih kenangan manis yang lain selain orang tua angkat ku, dia yang tiga tahun ini selalu menjadi teman cerita dan jalanku. Saya mengenalnya saat perjalanan ke pulau Miangas, yah saya sebut saja dia juga peserta KKN Miangas, nah kan saya mulai merindukannya lagi. Dia salah satu makhluk yang menjadikan KKN ini di pulau Miangas ini menjadi sangat manis, dia Muhajirin.
Foto Pertama Saat Mengunjungi Bukit Keramat Pulau Miangas

Comments

Popular posts from this blog

Cara Super Mudah Memperbaiki Product Activation Failed pada Microsoft Office 2016

Kenali 4 Fitnah dalam Surah Al-Kahfi

Generasi Mama Muda